menu melayang

Apr 15, 2017

Mahasiswa Diambang Titik Kemalasan Dengan Guyuran Hujan



Oleh : Dah Sang Pena

            Musim hujan tiba dan mengguyur setiap sudut-sudut kota, yang menyebabkan beberapa daerah sekitar Jawa Barat diserang banjir, misalnya di wilayah Garut dan Bandung Kota diantaranya daerah Pagarsih dan Pasteur yang baru-baru ini terkena musibah. Kalau berbicara masalah daerah atau kota yang terkena banjir itu sudah biasa, tapi sungguh ironisnya adalah ketika hujan turun untuk saat-saat ini yang diterjang banjir adalah para mahasiswa, tiada lain yaitu banjir kemalasan dari berbagai aspek khususnya dalam mengikuti perkuliahan. Tidak menutup kemungkinan bahwa guyuran hujan yang terjadi pada saat ini dijadikan sebuah alasan untuk bermalas-malasan berangkat ke kampus.
            Akibatnya beberapa kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa ditangguhkan karena melihat kondisi alam yang kurang mendukung bagi para mahasiswa terutama yang lokasi kos-kosannya lumayan agak jauh dari kampus.
            Melihat dari berbagai dampak hujan yang terus mengguyur sekitar sudut-sudut kota dan desa yang menimbulkan banjir dan penomena-penomena alam lainnya, seharusnya menjadi salah satu nilai positif bagi para mahasiswa yaitu salah satunya dengan melakukan kerja bakti, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang dapat membantu mahasiswa dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
            Melihat peranan mahasiswa dalam ranah gerakan sosial untuk saat-saat ini semakin melemah karena terlalu fokus terhadap kepentingan-kepentingan pribadi mahasiswa itu sendiri. Kondisi alam yang terus diguyur hujan, tidak menutup kemungkinan bencana alam akan terjadi lagi diberbagai sudut kota dan desa. Hal tersebut menunjukan bahwa menjadi suatu keharusan bagi para mahasiswa untuk ikut serta berperan aktif dalam membantu kegiatan-kegiatan aksi sosial di masyarakat.
            Memang pada awalnya tugas seorang mahasiswa itu untuk belajar yang benar di kampus, supaya nanti setelah beres kuliah mendapatkan pekerjaan yang layak untuk bisa membahagiakan kedua orang tuanya, kalau semua mahasiswa berfikirnya kearah sana, bagaimana akan terciptanya generasi-generasi yang unggul dan memiliki sifat kepedulian serta gotong royong, kalau tidak dibiasakan dari mulai dunia kampus, sedangkan nanti setelah terjun ke masyarakat, seorang sarjana yang telah lulus dari universitas tertentu harus bisa mengayomi masyarakat sebagai insan yang berpendidikan.
            Tapi melihat kondisi mahasiswa saat ini memang sulit untuk benar-benar mengabdi kepada daerah tempat kelahirannya masing-masing, mungkin karena terbenturnya tekanan respon dari masyarakat atau dari pihak keluarganya, bahwa seorang mahasiswa dikuliahkan jauh-jauh itu supaya sukses dan mendapat pekerjaan yang layak. Maka dari itu, pemikiran seperti ini seharusnya tidak ditelan matang-matang oleh mahasiswa, karena seorang mahasiswa itu ada di fase pertengahana antara pemerintah dan masyarakat, mahasiswa merupakan suatu jembatan penghubung antara pemerintah dan masyarakat.  
            Disamping itu, harus adanya kerjasama yang erat anatara pihak pemerintah sebagai regulator dan pihak mahasiswa sebagai kreator dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan mempunyai jiwa kepemimpinan serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
            Bukan lagi masalah pencitraan terhadap lembaga atau ormas tertentu, tapi harus benar-benar terpanggil dari lubuk hati yang paling dalam, merasa bahwa seorang mahasiswa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pantas saja untuk saat ini mahasiswa dipandang sebelah mata oleh masyarakat, karena kegiatan mahasiswa hanya bersifat untuk mencari sensasi dan ketenaran belaka, tanpa adanya bukti rill bagi masyarakat.
            Sebagai makhluk sosial, cobalah mahasiswa sering-sering mengikuti kegiatan sosial yang berorientasi pada masyarakat, membantu lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan dari para mahasiswa.
            Totalitas perjuangan mahasiswa bukan lagi hanya dalam lembaran sejarah yang tertulis dalam kertas, tetapi harus digugah kembali, dihidupkan kembali dengan gerakan-gerakan mahasiswa yang luar biasa sebagai investasi pengalaman hidup bermasyarakat.
            Guyuran hujan yang terus menerjang sudut-sudut kota dan desa bukanlah suatu alasan bagi para mahasiswa untuk lemah, untuk diam tak melakukan apa-apa, tapi guyuran hujan yang terus menerjang sudut-sudut kota dan desa bisa dijadikan sebagai jalan bagi para mahasiswa untuk ikut serta berpartisipasi dan berinteraksi dengan masyarakat secara langsung.
            Untuk saat ini kebanyakan mahasiswa sering mementingkan kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan, yang dapat memenuhi kepuasan tersendiri tanpa ada nilai sosialnya bagi masyarakat. Memang hal tersebut tidak ada yang melarang, tapi mahasiswa juga harus bisa mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan nilai yang baik bagi masyarakat, supaya masyarakat tidak memandang sebelah mata kualitas seorang mahasiswa pada masa sekarang ini, bukan juga untuk popularitas belaka, tapi merupakan suatu bentuk kepedulian yang terpanggil dari hati bahwa, mahasiswa ada untuk belajar bermasyarakat dengan baik dan berpendidikan.

            Citra yang baik dari mahasiswa harus terlihat jangan hanya bisa bermain dikandang saja, tapi harus berani keluar, berani terjun kelapangan, berani berbaur dengan lingkungan sekitar tanpa ada rasa malu untuk muncul dimasyarakat karena takut tidak bisa, tapi seorang mahasiswa harus lebih berani malah harus lebih unggul dari yang lainnya, guna mengharumkan totalitas perjuangan mahasiswa bukan hanya sekedar nama, tapi aksi nyata untuk Indonesia. 

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel