Oleh : Dah Sang Pena
Indonesia adalah kawasan yang kaya
dengan sumber alamnya, banyak sekali
tumbuh-tumbuhan, banyak sekali hewan yang berkeliaran. Disinilah sumber daya
alam berperan sebagai aset kekayaan sebuah Negara untuk mengembangkan
ekonominya, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada bisa diolah untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam merupakan salah satu bahan mentah
untuk diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang sudah siap
pakai, seperti domba yang bisa dimanfaatkan kulitnya untuk bahan sepatu, karet
yang bisa dimanfaatkan getahnya menjadi alas kaki, dan masih banyak lagi sumber
daya alam yang masih bisa diolah untuk kebutuhan manusia sesuai dengan
kebutuhan (need) selama tidak
berdampak pada pencemaran lingkungan.
Melihat banyaknya Sumber Daya Alam
(SDA) yang dimiliki Indonesia sangatlah luas, tapi mengapa kondisi Ekonomi
Indonesia saat ini masih lemah, disinilah perlu adanya suatu pengkajian
mengenai potensi yang dimiliki oleh Indonesia baik dari segi SDM maupun SDA
nya. Menurut Deliarnov ( 2010 : 1 ), berapa persoalan pokok yang diharapkan
mampu dipecahkan melalui ilmu ekonomi. Persoalan-persoalan tersebut antara lain
: Pertama, bagaimana mengombinasikan sumber daya yang dimiliki agar dapat
menghasilkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan; Kedua, apa dan
berapa banyak tiap barang dan jasa perlu dihasilkan; Ketiga, dan bagaimana pula
nantinya mendistribusikan tiap barang dan jasa kepada masyarakat yang
membutuhkannya.
Dari ketiga persoalan tersebut
sebenarnya kalau bisa dilaksanakan spenuhnya, maka kondisi ekonomi Indonesia
akan meningkat, namun sayangnya mastarakat Indonesia sudah dibentuk menjadi
masyarakat yang konsumtif sehingga kalau kita perhatikan masyarakat Indonesia
itu lebih gemar membeli produk-produk asing ketimbang produk-produk lokal.
Sebuah
karakter yang sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia sebagai
masyarakat konsumtif haruslah dirubah, bagaimana caranya Indonesia menjadi
Negara produktif yang menghasilkan produk-produk untuk kebutuhan masyarakat
luas. Apabila kita perhatikan untuk saat ini, banyak produk-produk dari mulai
mainan anak-anak, alat rumah tangga, dan produk-produk yang berharga tinggi itu
buatan negara lain, dan sangat banyak sekali beredar di Indonesia dan menjadi
makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Padahal kalau melihat kekayaan yang
dimiliki Indonesia, sebenarnya negara ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya
secara mandiri tanpa ketergantungan kepada negara-negara lain.
Dimulai pada tahun 2015 kita dituntut
untuk membangkitan potensi lokal yang siap menghadapi daya saing global, dengan
diresmikannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), sebenarnya semakin terpukul
perekonomian Indonesia kalau masyarakatnya masih mempunyai karakter konsumtif,
sudah ternina bobokan dengan kenikmatan serta kemewahan produk-produk asing,
tanpa disadari bahwa ini merupakan lampu hijau bagi kehancuran sebuah Negara.
Indonesia bukanlah surga bagi
produk-produk asing, pemikiran ini yang harus diketahui oleh masyarakat, dan
harus menjadi sebuah karakter bahwa ada produk-produk lokal asli buatan
Indonesia yang harus kita bela. maka pendidikan juga sangat berperan terhadap
kemajuan ekonomi sebuah Negara, dari mulai pendidikan formal maupun non formal,
misalnya pihak sekolah dan pihak orang tua mendidik setiap anaknya untuk
membeli produk-produk asli buatan Indonesia sebagai regenerasi pasar untuk
produk Indonesia bukan bagi produk asing.
Menyikapi usaha Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang berupaya secara bertahap mewujudkan kesejahteraan masyarakat
melalui berbagai program dan kegiatan
yang langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. Berdasarkan visi
pemerintahan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Mengah Daerah (RPJMD)
Tahun 2013-2018 “Sejahtera untuk kita semua” dengan penuh optimis mengamanatkan
penciptaan 100 ribu Wirausaha Baru, dengan
tujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mencetak para
pengusaha yang handal serta mandiri. Diharapkan mampu untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi berupa penurunan angka pengangguran secara
bertahap pada tahun 2010 mencapai 2,03
juta orang tahun 2011 penurunan 2,4% mencapai 1,9 juta orang, mengurangi angka
ketergantungan serta mengurangi Penduduk
Miskin (Penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) tahun 2012 sebesar
4.421.484 orang (9,89%) dari jumlah total penduduk Jawa Barat 43 juta orang
(Dikutip dari Website Wirausaha Jabar). Namun hal tersebut tidak akan terwujud
apabila mentalitas masyarakatnya lebih menyukai produk-produk asing ketimbang
produk lokal. Meskipun banyak wirausaha baru yang kreatif dan inovatif dan
mengeluarkan produk-produk lokal hasil anak bangsa, tapi siapa yang akan
membelinya kalau masyarakat Indonesia tidak tahu produk mana yang harus dibela,
yang dikhawatirkan para pengusaha baru tersebut tidak akan bertahan lama karena
produk yang dikeluarkannya tidak laku terjual.
Maka dari itu, untuk mengatasi
persoalan ekonomi lokal juga dalam menghadapi tantangan ekonomi regional, perlu
adanya kerjasama baik pemerintah maupun masyarakat dengan melakukan sosialisasi
dari pihak pemerintah terhadap intansi-intansi pemerintahan serta masyarakat
umum untuk mendidik setiap anak sebagai regenerasi pembela produk lokal, dengan
memberi pengarahan serta pengetahuan bahwa produk buatan anak bangsalah yang
harus diutamakan dibeli ketimbang produk-produk buatan asing,