
Kemulyaan Do'a
Oleh : Dah Sang Pena
Setiap
makhluk (manusia) tentunya pernah melakukan permohonan atau berdo’a, tatkala
seseorang tersebut sedang berada di tengah kesulitan. Kita tentunya harus
introspeksi kembali kualitas do’a kita, apakah kita yakin do’a yang kita
ucapkan benar-benar akan diterima dan dikabulkan oleh sang pencipta yaitu Alloh
Swt, tentunya kita pernah merasa bahwa doa yang kita ucapkan itu terasa hampa,
seakan-akan do’a yang kita ucapkan itu seperti sayur tanpa garam, tentunya kita
bisa merasakan enaknya sayur tanpa garam he he ...
Nah
saatnya kita sekarang memasak sayur dengan memakai garam dan bumbu-bumbu
lainnya. Bukan hanya dalam sulit saja kita berdo’a, tapi dalam keadaan
senangpun kita juga harus berdo’a, kita harus merubah paradigma kita, ideologi
kita, bahwa yang namanya do’a itu bukan hanya diartikan permohonan saja, tapi
berserah, bersyukur dan pengabdian juga termasuk ruang lingkup dalam do’a. Jadi
kita jangan memohon ketika ada maunya saja, tapi kita harus bersyukur dan
memohon ketika kita dalam keadaan senang pula, banyak sekali diantara makhluk
(manusia). Ketika berada dalam kesuksesan, kekayaan, kesenangan dan lain
sebagainya, mereka lupa akan sang pemberi (Alloh), mereka larut dalam kesenangan dunia yang
hanya sebatas panggung sandiwara saja. Maka, dari mulai sekarang cobalah
perbaiki kualitas do’a kita, bukan hanya sekedar do’a. Perlu digaris bawahi
bahwa kata “hanya sekedar” itu
sangat rancu bila terdengar oleh telinga kita, diibaratkan seperti kita
memiliki seorang kekasih, yang mana kekasih kita itu mencintai kita “hanya sekedar” melihat harta kita
saja, melihat jabatan atau mobil kita yang mentereng saja tanpa dibarengi
dengan hati yang tulus, tentunya kita juga merasa kecewa dengan hal tersebut.
Begitu juga Alloh sang maha pemberi dengan segala kemurahan dan kehendaknya,
meskipun Alloh tidak demikian karena Alloh itu (maha pemaaf) bagi hambanya yang
bertaubat, bukan “hanya sekedar”
taubat, tapi benar-benar dan tulus bertaubat.