Kau dan Aku Diselabut Rindu
Kau tak tahu, air laut begitu biru
Berhembus angin selatan di pulau
itu
Akankah mentari tahu
Bahwa sinarnya telah menghangatkan
tubuhku
Kurasakan itu.
Kau
tak tahu, bahwa bumi begitu malu
Dikeheningan
malamku kau begitu gelap
Gemercik
air telah mengetuk dadaku
Siapa
aku,
Siapa
aku dimatamu ?
Tanyaku…
Ku berpaling dari gelap
Dan kau terangi itu
Ku menoleh dari egoku
Kau lari dengan genggaman tawa tak
berarti
Kau dan aku.
Wahai
sang fajar,
Jadikan
embun untuk memberi kesejukan dalam gerahku
Jadikan
sinar mentari sebagai obat penawar rinduku
Apalah
dayaku dikala senja dibatas waktu menggerutu
Aku
hanya bisa terdiam dalam renungan
Rinduku.
Telah kugoreskan penaku
Dalam genggaman tanganku
Telah kuteteskan tintaku
Dalam hayalan rinduku
Akankah daun tahu
Kau dan aku diselabut rindu.
Butiran
permata memberi arti dalam setiap do’aku
Senyumu
memberi arti dalam setiap lelahku
Bayangmu
tak pernah pudar dari setiap lelapku
Terbisik
dalam hatiku,
Bahwa
kamu adalah sosok wanita terbaiku.
Bandung,
27 Oktober 2016
Dah Sang Pena