Ada beberapa muridku
yang sedang berkumpul di halaman sekolah, setelah aku mendekatinya ternyata
mereka sedang merencanakan untuk jalan-jalan, dan aku diajak untuk ikut nemenin
mereka karena kekurangan motor satu, akupun siap ikut karena gak ada kegiatan
kalau dirumah jenuh, ditambah temen saya yang dirumah sedang pergi kerja di
Kejaksaan, jadi aku mending ikut aja.
Kami berangkat lima motor, aku sendiri memakai motor
kenangan, motor perjuangan yaitu motor Yamaha Byson, aku membawa motor tidak
seperti biasanya kecepatan motorku hanya 30-50 km/jam, biasanya aku menggunakan
motor dengan kecepatan maksimal, tapi khawatir juga sih ketika ingat kenanganku
dulu yang jungkir balik di jembatan Cimindi yang motornya sudah aku jual, ditambah
sekarang pemikiranku bukanlah untuk gaya-gayaan tapi untuk kebutuhan.
Kebetulan hari ini adalah hari jum’at, bagiku selaku
kaum Adam wajib untuk melaksanakan Shalat jum’at di masjid, kamipun berhenti di
masjid Mandala kota Bandung, sementara yang lain menunggu aku jum’atan, setelah
beres sholat jum’at kamipun segera berangkat menuju Dago Pakar, namun apa yang
terjadi ternyata gitu deh, akhirnya kami memutuskan untuk keliling Kota Bandung.
Panas teriknya matahari begitu menyengat ketika roda
duaku terus berputar di jalan aspal, sambil menikmati luka-likunya jalan, ibarat
jalan hidupku yang penuh dengan luka-liku, tapi kebanyakan lukanya haha, tapi
aku sangat besyukur karena bekas luka itu terus membekas dalam coretan-coretan
kecilku, yang mungkin anak cucuku akan membacanya nanti dan bisa bel;ajar
darinya.
Setelah Lelah kami kelilingi Kota Bandung, kami
memutuskan untuk kembali pulang, pulang dengan keraguan, pulang dengan membawa
cerita Kota Bandung, akhirnya kami sampai ke tempat dimana tadi kami mulai
berangkat, begitulah ceritanya bahwa kami telah jalan-jalan ke Dago Pakar.
Bandung, 15 Maret 2019