PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu alamiah dasar merupakan cabang
ilmu yang mempelajari tentang pola pikir manusia mulai dari sejarah
perkembangan awal hingga pemikiran-pemikiran yang serba maju mulai dari
penelitian-penelitianyang masih menggunakan metode-metode zaman dulu hingga menggunakan
metode-metode yang sudah canggih. Dalam cabang ilmu alamiah dasar terdapat
cabang ilmu yang mempelajari tentang metode-metode atau cara-cara mengetahui
penelitian yaitu metode ilmiah atau sikap ilmiah yang didalamnya terdapat
metode-metode atau cara-cara penelitian atau sistematika penelitian. Pada
uraian dimuka kita telah mengetahui adanya perkembangan pola pikir manusia
dimulai dari zaman Babylonia (kurang lebih 650 SM) dimana orang percaya pada
mitos, ramalan nasib berdasarkan
perbintangan. Bahkan percaya adanya banyak dewa, ada dewa angin,
dewa matahari, dewa petir dan dewa-dewa lainnya.
Pengetahuan pada manusia yang
diperoleh melalui cara ini banyak sekali,
yaitu sejak zaman manusia purba sampai sekarang. Banyak pula penemuan
hasil “trial dan error” sangat bermanfaat bagi manusia. Misalnya ditemukannya
redaman kulit kina untuk obat malaria. Pengetahuan yang didapat dengan
cara-cara tersebut diatas termasuk padagolongan pengetahuan yang tidak ilmiah,
pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan memenuhi empat syarat,
yaitu :
a. Objektif
b. Metodik
c. Sistematik
d. Berlaku umum
B.
Rumusan
Masalah
1. Pengertian metode ilmiah
2. Metode ilmiah
3. Sikap ilmiah
4. Langkah-langkah operasional metode
ilmiah
C.
Tujuan
1. Mengerti apa itu metode ilmiah
2. Mengetahui bagaimana metode ilmiah
3. Mengerti tentang sikap ilmiah
4. Mengetahui langkah-langkah
operasional metode ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Ilmiah
Pada uraian di muka kita telah mengetahui adanya
perkembangan pola pikir manusia dimulai dari zaman babylonia (kurang lebih 650
) di mana orang percaya kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintanga.
Bahkan percaya adanya banyak dewa. Ada dewa angin, dewa matahari, dewa petir
dan sebagainya. Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara
lain:
1. Prasangka, yaitu
suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau
kadang-kadang malah tidak mungkin benar.
Contoh : Pada zaman Babylonia, orang percaya bahwa hujan dapat turun
dari surga sampai ke bumi melalui jendela-jendela yang ada di langit. Dengan
perasangka , orang sering mengambil keputusan yang keliru. Prasangka hanya
berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran.
2. Intuisi, yaitu suatu pendapat seseorang yang
diangkat dari perngetahuannya terdahulu melalui suatu proses yang tak disadari.
Jadi, seolah-olah begitu saja muncul pendapat itu tanpa dipikir. Pengetahuan
yang dicapai dengan cara demikian sukar dipercaya, ungkapan-ungkapan sering
juga masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan.
Contoh : Seseorang astrolog di samping rumusannya sering menggunakan
intuisinya dalam memberikan ramalan nasib seseorang.
3. Trial and error, yaitu
metode coba-coba atau untung-untungan. Cara ini dapat di ibaratkan seperti
seekor kera yang mencoba meraih pisang dalam sebuah kerangkeng dari percobaan
kohler, seorang psikolog jerman. Kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat
juga meraih pisang dengan menggunakan tongkat.
Pengetahuan pada manusia yang diperoleh melalui cara ini
banyak sekali, yaitu sejak zaman manusia purba sampai sekarang. Banyak pula
penemuan hasil “trial and error” sangat bermanfaat bagi manusia,
misalnya, ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat malaria. Penemuan dengan
cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari
kebenaran.
Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu
memenuhi empat syarat, yaitu : objektif,metodik,sistematik,dan berlaku umum.
a. Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya. Maksudnya
adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiri.
Contoh : Galileo dapat dianggap tokoh
perintis pengetahuan alam karena ia pembrani menentang kepercayaan yang ada
pada masa itu yang berlawanan dengan hasil pengamatannya. Ia mengejarkan
kepada murid-muridnya untuk tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles
dan hendaknya melakukan eksperimen sertamembuat kesimpulan atas hasil
observasinya itu. Singkatanya, Galileo menddambakan kebenaran yang objektif
atas dasar empiri.
b. Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh
dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.
c. Sistematik, artinya pengetahuan itu diperoleh
dengan suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lain saling
berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.
d. Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat di
amati oleh seseoarang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan
cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Contoh : Melalui teropongnya Galileo
menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi
Galileo tetapi setiap orang bila menggunaan teropong yang sama, yaitu
bahwa di bulan ada gunung-gunung.
Ditinjau dari sejarah cara berfikir
manusia, pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan
yang benar, ialah :
1)
Cara
yang didasarkan pada rasio, paham yang dikembangkan dikenal dengan
rasionalisme,dan
2)
Cara
yang didasarkan pada pengalaman, paham yang dikembangkan disebut empirisme.
a)
Rasionalisme
Descartes adalah pelopor dan tokoh
rasionalme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala
pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan
dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Dalam
menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar
pikiran yang digunakan dalam penalarannya di peroleh dari ide yang menurut
anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran ’mengetahui’ ide
tersebut, tetapi manusia tidak menciptakanya. Sebelumnya manusia berusaha untuk
memikirkannya, ide / prinsip ini sudah ada.
Menurut
kaum rasionalis, fungsi pikiran manusia hanyalah mengenai ide / prinsip
tersebut, dan kemudian menjadi pengetahuannya. Ide/prinsip yang sebelumnya
memang sudah ada bersifat apriori tersebut, dapat di ketahui manusia lewat
kemampuan berfikir rasionalnya. Menurut pengalaman mereka pengalaman tidak
menghasilkan prinsip, tetapi sebaliknya, dengan mengetahui prinsip yang di
peroleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadian-kejadian
yang terjadi / berlaku dalam alam sekitarnya.
Masalah
utama yang terdapat dalam rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran
dasar-dasar pemikiran atau alasan-alasan yang digunakan dalam penalaran
deduktif. Dasar-dasar penalaran tersebut semuanya bersumber pada penalaran
rasional yang bersifat abstrak, terlepas dari segala pengalaman. Dengan
demikian, maka pemikiran rasional cendrung untuk bersifat subjektifdan
solipsistik, ialah hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada
dalam otak orang yang berpikir tersebut.
b. Empirisme
Kaum
empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak di peroleh lewat
penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkret. Menurut
anggapan mereka,gejala-gejala alam bersifat konkret dan dapat dinyatakan lewat
tangkapan panca indra. Bagi kaum empiris, pernyataan ada dan tidak adanya
sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian. Pengujian kebenaran-kebenaran
dari fakta atau objek tersebut harus di dasarkan pada pengelaman manusia.
Kaum
emipiris berpegang pada prinsip keserupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur.
Gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola tertentu. Pengetahuan tentang
alam didasarkan pada persepsi mengenai hal tersebut. Dengan mengetahui
bagaimana sesuatu terjadi di masa lalu, atau dengan mengetahui tingkah laku
benda-benda tersebut sekarang, maka kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah
lakunya di masa mendatang.
Kaum
empiris juga menggunakan prinsip-prinsip keserupaan;gejala-gejala yang berdasarkan
pengalaman adalah identik atau sama, maka dapat dibuat kesimpulan yang bersifat
umum mengenai hal tersebut. Dengan demikian maka di mungkinkan menyusun
pengetahuan yang berlaku terhadap gejala-gejala yang bersifat induvidual.
Dalam
menyusun pengetahuan secara empiris timbul berbagai masalah, di antaranya
adalah bahwa pengetahuan yang di kumpulkantersebut cendrung merupakan kumpulan
fakta yang satu sama lainnya belum tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal
yang kontrakdiktif. Dengan demikian maka kumpulan fakta yang satu sama lainnya
belum tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal yang kontradiktif. Dengan
demikian maka kumpulan fakta ataupun rangkaian dari berbagai fakta belum tentu
menunjukkan pengetahuan yang sistematis.
Terdapat
juga masalah yang bersangkutan dengan hakikat pengalaman. Kaum empiris sendiri
tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat pengalaman ini,
merupakan stimulus panca indra ini diandalkan sebagai alat yang nyata? Kita
semu telah mengetahui bahwa kemampuan panca indra sangat terbatas dan tidak
sempurna. Segala sesuatu yang di laporkan dari hasil kerja panca indra ini
tidak selalu benar.
B.
Sikap
Ilmiah
Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah
adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah
akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain ialah :
1.
Jujur
Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara
objektif. Seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja tidak
lebih jujur dari manusia lainnya. Tetapi dalam penelaan ilmiah ada hal-hal yang
memaksa pada ilmuwan, yakni yang kita sebut faktor kontrol.
Disamping kontrol internal ada pula kontrol eksternal. Dalam
hal ini ilmuwan lain akan mengulangi penelitian ilmuan pertama dengan kondisi
yang di buat serupa. Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula menguji penelitian di
atas. Karena itu laporan ilmuan haruslah sejujur-jujurnya dan penelitian
menjadi terbuka untuk pengulangan. Memang seorang ilmuan harus jujur dalam
melaksanakan laporan penelitiannya.
2.
Terbuka
Seorang ahli endokrinologi (ilmu kelenjaran dalam) untuk
hewan amfibia, john cortelyou telah dipih sebagai sekretarissuatu organisasi
ini khusus di didirikan bagi ilmuwan katolik. Tindakan pertama yang
dilakukan John Cortelyou ialah membubarkan jawaban ia berkata, “Tidak ada kodok
katolik di dunia ini”.
Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas
praduga. Ia meyakini bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun
golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha memperoleh
dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha
mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang
hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan mengerhagai setiap
gagasan baru dan menguji sebelum di terima atau di tolak.jadi ia terbuka akan
pendapat orang lain.
3.
Toleran
Seorang ilmuan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bahkan
bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa
pendapatnya mungkin saja bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji.
Dalam usaha menambah ilmu ia bersedia belajar dari orang lain. Ia tidak akan
memaksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya
dengan orang lain. Ia dari sikap angkuh.
4.
Skeptis
Ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui,
skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarblakangi suatu kesimpulan.
Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar
suatu kesimpulan tanpa bukti-bukti yang kuat.
Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat
memecahkan masalah. Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia
peroleh, mungkin ada informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang
salah hingga menimbulkan akibat suatu kesumpulan yang salah. Karena itu, setiap
informasi perlu diuji kebenarannya perlu dicek. Informasi memerlukan
verifikasi. Setelah bukti-bukti cukup, ilmuwan baru boleh mengambil kesimpulan
dan akhirnya memberikan keputusan.
5.
Optimis
Seorang ilmuwan selalu berpengharapan baik. Ia
tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan tetapi akan
mengatakan, “berikan saya sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba
mengerjakan”. Ia selalu optimis.
Rasa humor seorang ilmuwan ada hubungannya dengan tingkat
kecerdasan maupun sikap optimis seseorang. John Von Neuman seorang ahli
matematika ditugaskan membuat komputer untuk perhitungan yang diperlukan
sewaktu membuat bom hidrogen. Setelah selesai pesawat itu diserahkan dan dicoba
di gunakan, maka alat itu ia beri nama mathematichal analyzer,Numerical
Integrator and Computer, di singkat MANIAC.
6.
Pemberani
Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifat personal. Ilmuwan
sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan,
kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.
Keberanian Copernicus, Galileo, dan Socrates telah banyak di
ketahui orang. Copernicus dan Galileo disisihkan karena tidak mempercayai bahwa
bumiadalah pusat alam semesta; tetapi menganggap mataharilah yang menjadi pusat
tempat bumi dan planet-planet lainnya berputar. Socrates memilih mati meminum
racun dari pada menerima hal salah.
Profesor Peabody memberikan kuliah terakhir tentang
“perawatan orang sakit”. Kuliah ini sangat jelas, penuh rasa belas kasih,
sehingga berkali-kali dicetak ulang. Pada saat kuliah itu ia baru berumur 46
tahun,segar bugar kelihatannya. Uraian kuliahnya sangat berisi, cermat, dan
disampaikan dengan pasih. Pendengaranya tidak mengetahui bahwa dibalk
ketenangan itu peabody mengidap kanker ganas yang yang telah di derita, di
tekuni, dan dipahami sepenuh arti medis mengenai setiap gejala kanker yang
dialaminya. Sehari sebelum ia meninggal ia menulis sendiri laporan penyakitnya.
Itulah ketabahan ilmuwan yang dapat ditunjukan.
7.
Kreatif
Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya kreatif. Louis
AL-Veres, ilmuwan fisika Berkeley, juga peman golf, mengkreasi “analisator
stroboskop” untuk meningkatkan cara bermain golf. Dengan alat itu pada pemukulan
dapat diteliti. Kepada Presiden Eisen Hower, yang juga terkenal pemain golf, ia
menghadiahkan alat serupa. Sejak itu ia memegang peten untuk pembuatan
analisator stroboskop tadi.
C.
Langkah
–Langkah Operasional Metode Ilmiah
Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa materi
pengetahuan itu harus diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara
menperoleh pengetahuan itu menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah
atau tidak. Metode ilmiah tentu saja harus menjamin akan menghasilkan pengetahun
yang ilmiah, yaitu yang bercirikan objektifitas, konsisten, dan sistematik.
Langkah –langkah operasionalnya
adalah sebagai berikut :
1) Perumusan masalah, Yang dimaksud dengan perumusan
masalah disini adalah merupakan pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana
tentang objek yang di teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta
dikenal faktor-faktor yang mem-pengaruhinya.
2) Penyusunan hipotesis, Yang dimaksud dengan hipotesis
adalah suatu pernyataan yang menunjukan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk
memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan
dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat
di pandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji
kebenarannya dalam suatu observasi atau eksperimentasi.
3) Pengujian hipotesis, Yaitu berbagai usaha pengumpulan
fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat
memperlihatkan apakah fakta-fakta yang mendukung dipotesis tersebut atau tidak.
Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau
melalui teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian
fakta-fakta itu dikumpulkan melalui pengindraan.
4) Penarikan kesimpulan, Penarikan kesimpulan ini didasarkan
atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah
hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima
bila fakta-fakta yang di kumpulkan itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila
fakta-fakta tidak mendukung maka hipotesis itu di tolak. Hipotesis yang di
terima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah,
dan merupakan bagian dari pengetahuan.Berdasarkan atas peraturan yang demikian
itu.
Adapun menurut Drs.Maskoeri Jasin
langkah-langkah penerapan metode ilmiah
itu ada tiga yaitu:
a) Menetukan
dan memberikan batasan kepada masalah.
Masalah yang di hadapi atau ditemukan ketika mengadakan
kontak dengan fakta dan gejala alam harus di ketahui dengan pasti. Kemudian
disusun suatu rumusan yang tepat akan masalanya. Ini akan memberi bantuan dalam
mencari jalan menemukan data, yakni fakta-fakta yang terorganisasi yang relevan
untuk memecahkan masalah itu. Pengalaman menunjukkan bahwa seringkali kita
telah menumpulkan data tanpa mengetahui dengan tepat masalah yang kita hadapi
secara benar.
b) Menentukan
hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat sementara.
Adapun dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis, atau
dugaan yang mungkin benar, yaitu rumusan atau pernyataan untuk memecahkan
masalah. Pendekatan pertama, yang disebut pendekatan induksi, di awali dengan
pengumpulan data yang didapat dari observasi dan pengumpulan data yang dudapat
dari observasi dan kemudian data yang di dapat dari observasi dan kemudian
menggunakan data itu bagai dasar perumusan hipotesis ( jamak : hipotesa ).
Metode deduktif, sebagai pendekatan yang kedua, dimulai dengan hiptesis, bukan
dari pengumpulan data. Jadi pendekatan deduktif itu merupakan lawan dari
pendekatan induktif, keduannya akan saling melengkapi.
Kedua pendekatan itu masing-masing mempunyai kesempurnaan
yang sama. Yang penting bukan pendekatan mana yang didahulukan tetapi keduannya
dapat dipergunakan terhadap pengujian dan pemeriksaan. Kebanyakan generalisasi
Ilmu Alamiah dihasilkan dari penerapan pendekatan induktif, tetapi dengan
pendekatan deduktif merupakan cara yang lebih sederhana, khususnya jika kita
bersangkutandengan situasiyang sudah dikenal. Pendekatan induktif berlangsung
dari jumlah besar fakta-fakta baru.
c) Menguji
dan mengadakan verifikasi kesimpulan
Salah satu unsur keberhasilan Ilmu alamiah dalam memecahkan
masalah ialah bahwa ilmu alamiah tidak menerima kesimpulan-kesimpulan sendiri,
tidak memandang dapat dipercaya atau luasnya data sampailah kit pada
generalisasi atau sifat keteraturan, yaitu suatu pernyataan umum berhubung
dengan prilaku yang umum bagi sejumlah besar hal (kasus). Generalisasi itu
sekedar mnyatakan apa yang kita harapkan akan terjadi dalam kondisi tertentu
karena generalisasi itu selalu terjadi dalam kondisi tersebut. Bila kondisi
baru diketemukan, pernyataan umum yang disebut hukum akan direvisi untuk
memperhitungkan pua kondisi itu.
Tidak ada pendapat manusia yang sempurna, karena itu tidak
ada generalisasi yang dianggap sempurna, walaupun generalisasi itu berdasarkan
data yang sangat sempurna. Semua generalisasi keilmuan dapat diselidiki secara
kritis oleh banyak peneliti, dan dalam kondisi tertentu mungki generalisasi itu
tidak benar. Generalisasi yang tahan terhadap ujian waktu dan pengalaman,
diterima sebagai hal yang benar dan disebut hukum. Kebanyakan hukum telah
revisi bila ada informasi yang di perlihatkan bahwa hukum-hukum itu tidak tepat
atau kurang mencukupi.
Hukum sipil dapat diubah atau di hapuskan. Seseorang dapat
saja berlaku berlawanan dengan hukum atau aturan-aturan tanpa mendapat hukuman.
Dan dalam kenyataannya sukar sekali hidup tanpa melawan hukum itu. Hukum sipil
memerlukan dukungan pendapat publik agar hukum bisa berlaku efektif. Hukum
sipil mencangkup suatu perintah atau kewajiban sedangkan hukum keilmuan
merupakan suatu pernyataan, uraian dan bukan perintah.
D. Keterbatasan dan Keunggulan Metode Ilmiah
1. Keterbatasan
Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang
ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil
kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca
indra kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta,
sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah
keliru dari suatu kesimpulan Ilmiah tetap ada. Karena itu, semua kesmpulan
ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan
alam ( IPA ) bersifat tentatif. Artinya sebelum ada kebenaran ilmu yang
dapat menolak kesimpulan itu , maka kesimpulan itu di anggap benar. Sebaliknya,
kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran
ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja
berubah sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian
halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu ilahi. Kebenaran dari
pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.
Metode
ilmiah memang
sanggup menjangkau untuk menuji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak dapat
menjankau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan tidak buruk atau
sistem nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
2. Keunggulan
Seperti telah dijelaskan di muka ciri khas ilmu pengetahuan
(termasuk IPA) yang sifatnya objektif, metodik sistematik dan berlaku umum itu
akan membimbing kita padasikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut :
a)
Mencintai
kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah
hidup yang bahagia..
b)
Menyadari
bahwa kebenaran ilmu itu tidak absout, hal ini dapat menjurus kearah mencari
kebenaran itu terus menerus.
c)
Dengan
ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun
untung-untungan karena segala suatu proses yang teratur.
d)
Ilmu
pengetahuan membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangka, tetapi
berfikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat orang lain atau
bersikap toleran.
e)
Metode
ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan
tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
f)
Metode
ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat
pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Metode ilmiah atau proses ilmiah
merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis
dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat
berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu
hipotesislolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori
ilmiah. Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila memenuhi 4 syarat:
a. Metodik
b. Objektif
c. Sistematik
d. Berlaku Umum
Dan jikalau ditinjau dari sejarah
cara berfikir ada 2 metode untuk memperoleh pengetahuan :
1) Cara yang didasarkan pada rasio
2) Cara yang didasarkan pada pengalaman sikap
alamiah yang antara lain adalah:
- Obyektif terhadap fakta.
- Tidak tergesa-gesa mengambil
kesimpulan
- Berhati terbuka
- Tidak mencampur adukkan fakta
dengan pendapat.
- Bersikap hati-hati.
- Sikap ingin menyelidiki atau
keingintahuan (couriosity) yang tinggi.
- Sikap menghargai karya orang lain
- Sikap tekun
Dan dalam metode ilmiah terdapat 4
langkah-langkah operasional, yaitu :
-
Perumusan
Masalah
-
Penyusunan
Hipotesis
-
Pengujian
Hipotesis
-
Penarikan
kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Purnama Heri, Ilmu Alamiah Dasar, PT Rineka Cipta,
Jakarta
Mawardi, Drs. Dkk. IAD, ISD, IBD,
Bandung, Pustaka Setia, 2007
Tim, Ilmu Alamiyah Dasar (IAD) dalam
Prespektif Islam. 2005
http://dya08webmaster.blog.com/2012/04/20/karya-ilmiah-ciri-ciri-macam-macam-sikap-ilmiah/