menu melayang

Nov 17, 2017

FITRAH MANUSIA DENGAN TEORI EMPIRIS



FITRAH MANUSIA DENGAN TEORI EMPIRIS



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan teruta-swma berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan Islam.

Maka ketika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya, Allah mengingatkan mereka melalui firmannya. Dalam Q. S. al-Rum: 30 ditegaskan: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Rasulullah SAW melalui salah satu hadisnya juga menyebutkan bahwa pada dasarnya setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tak bernoda. Rasul menegaskan: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka tergantung pada kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi”.

B.     Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud pendidikan ?
  2. Apa itu fitrah manusia ?
  3. Bagaimana kaitan teori empiris dengan fitrah manusia ?

C.    Tujuan Masalah

  1. Untuk mengetahui arti pendidikan.
  2. Untuk mengetahui fitrah manusia.
  3. Untuk mengetahui kaitan teori empiris dengan fitrah manusia.



BAB II

PENDAHULUAN

A.      Fitrah Manusia

1.      Fitrah

Fitrah berasal dari akar kata f-t-r dalam bahasa Arab yang berarti membuka atau menguak. Fitrah sendiri mempunyai makna asal kejadian, keadaan yang suci dan kembali ke asal.

Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan Islam.

Maka ketika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya, Allah mengingatkan mereka melalui firmannya. Dalam Q. S. al-Rum: 30 ditegaskan: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Rasulullah SAW melalui salah satu hadisnya juga menyebutkan bahwa pada dasarnya setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tak bernoda. Rasul menegaskan: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka tergantung pada kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi”.

2.      Manusia

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan teruta-swma berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.

Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.

3.      Hakikat Manusia

Jelaskan bahwa manusia sebagai mahluk social memiliki fungsi biologis, proteksi, sosialisasi/pendidikan. Supportive dan ekspresive. Dari fungsi-fungsi ini diharapkan bukan saja menjadi landasan, materi kegiatan dan bahkan pendekatan/ proses-proses dalam merancang, mengoperasikan, mengevaluasi program pendidikan non formal.

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

a.       Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

b.      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.

c.       yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

d.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.

e.       Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati

f.        Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas

g.      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

4.      Perkembangan Kognitif Manusia


Pada tahap ini, bayi melihat kepada hubungan antara badannya dengan persekitaran. Kebolehan deria motornya berkembang dari semasa ke semasa. Bayi tersebut mempelajari tentang dirinya dengan melihat, menyentuh, dan mendengar di sekelilingnya kemudian menirunya. Kebolehan untuk meniru tingkah laku dikenali sebagai pembelajaran melalui pemerhatian (observational learning) (Mussen dan Kagan, 1974). Dalam perkembangan sensorimotor ini, terdapat enam sub tahap yang dikategorikan dengan melihat perkembangan kebolehan tertentu pada umur yang tertentu.


Menurut Piaget, perkembangan yang paling penting di tahap ini ialah penggunaan bahasa. Kanak-kanak yang berada di tahap ini mula menggunakan simbol di dalam permainan, contohnya mengandaikan buku sebagai kereta apabila ditolak di atas lantai. Namun begitu, dari segi kualiti, pemikiran kanak-kanak masih lagi di tahap yang rendah berbanding dengan orang dewasa. Contohnya, pemikiran kanak-kanak adalah egosentrik di mana, di dunia ini, keseluruhannya dilihat hanya dari perspektif mereka sahaja.


Tahap ketiga Piaget dikenali sebagai tahap operasi konkrit iaitu berlaku semasa kanak-kanak berusia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini, kanak-kanak tidak lagi berfikir secara egosentrik seperti yang berlaku pada tahap praoperasi. Perasaan ingin tahu menjadikan kanak-kanak pada tahap ini akan gemar bertanyakan sesuatu yang menarik minat mereka kepada orang yang lebih dewasa. Berkembangnya semangat inkuiri ini seterusnya menyebabkan mereka mula menerima pendapat orang lain. Kanak-kanak akan mula belajar bermain dan bergaul dengan rakan-rakan yang sebaya kerana pada tahap ini mereka akan mula memasuki zaman persekolahan.

Satu lagi perubahan yang dapat dilihat ialah mereka sedikit demi sedikit sudah mula memahami unsur-unsur pemikiran logik. Mereka faham akan konsep-konsep nombor, berat, susunan dan padatan. mereka juga faham akan konsep pengekalan sesuatu benda atau objek. Walaubagaimanapun, kanak-kanak pada umur sebegini masih belum memahami atau menaakul tentang perkara-perkara yang abstrak seperti konsep kenegaraan, ketuhanan, makna hidup dan sebagainya. Mereka hanya memahami konsep-konsep yang konkrit atau objektif seperti mengenali haiwan, tumbuhan dan sebagainya.

d.      Tahap Operasi Formal (12 tahun hingga dewasa)

Pada tahap ini anak mulai berfikir secara kritis sehingga bisa memecahkan suatu masalah yang mana itu semua menjadikan ia bersifat dewasa.

B.       Pendidikan

1.      Pengertian pendidikan

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual,keagamaan,pengendaliandiri,kepribadian,kecerdasan , akhlaq mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsanya.        ( UU sisdiknas bab I, pasal 1).

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang komplek itu maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh par ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbed yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasr yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.

Dibawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya :

a.              Pendidikan Sebagai Proses Transformasi Budaya

b.              Pendidikan Sebagi Proses Pembentukan Pribadi

c.              Pendidikan Sebagai Proses penyiapan Warga Negara

d.              Pendidikan Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

e.              Definisi Pendidikan Menurut GBHN

2.      Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. 

Ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa ( UUD 1945) dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu.secara umum dan sangat mendasar.

Driyarkara (1980) mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani itulah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik. Pendidikan dipandang sebagai komunikasi keberadaan (eksistensi) manusiawi yang otentik kepada manusia muda, agar dimiliki,dilanjutkan dan disempurnakan. Komunikasi ini terlaksana dalam kesatuan antar pribadi antara pendidik dan anak didik.

3.      Aliran Pendidikan

a.       Aliran Empirisme

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementinggkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulant-stimulan.

b.      Aliran Nativisme

Aliran nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengarung terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.

c.       Aliran Naturalisme

Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalism yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J Rousseau  (1712-1778). Berbeda dengan Schopenhauer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan.

d.      Aliran Konvergensi

Printis aliran ini adalah William Stren (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting
C.     Teori Empiris Kaitannya dengan Fitrah Manusia

Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan Islam.

Maka ketika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya, Allah mengingatkan mereka melalui firmannya. Dalam Q. S. al-Rum: 30 ditegaskan: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Rasulullah saw. melalui salah satu hadisnya juga menyebutkan bahwa pada dasarnya setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tak bernoda. Rasul menegaskan: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka tergantung pada kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi”.

Dari dua landasan teologis di atas, jelaslah bahwa dalam diri manusia ada potensi bersih dan suci. Prinsip kebaikan ini diakui oleh seluruh umat manusia, sedangkan kejahatan akan senantiasa mengantarkan manusia menuju kehinaan dan kesengsaraan.
Ironisnya, banyak di antara kita yang melupakan fitrah insaniyah (kemanusiaan) kita. Sebagian besar kita justru dipengaruhi, bahkan dikuasai oleh nafsu. Kita menjadikan nafsu sebagai ilah (tuhan) dalam kehidupan ini. Padahal Allah SWT secara tegas mengecam para budak ‘nafsu’ dengan firman-Nya: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.”
(Q.S. Al-Furqan: 43-44)

Betapa nista dan hinanya gelar yang disematkan Allah SWT kepada para pemuja nafsu. Mereka diibaratkan seperti binatang, bahkan jauh lebih hina dari binatang tersebut. Dan jelas, tempat yang telah disiapkan bagi mereka adalah neraka Jahannam (Q. S. Al-A’raf: 179)

Bagi manusia yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia tidak mau direndahkan derajatnya, ia akan mempertahankan fitrah kemanusiaannya. Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiaannya. Tetapi bagi mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh dekapan nafsu, ia akan terlena dan terbuai, tidak memedulikan lagi fitrah kemanusiaannya yang suci. Ia akan terlelap dalam bisikan nafsu, sampai akhirnya maut datang menjemputnya.





BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Fitrah berasal dari akar kata f-t-r dalam bahasa Arab yang berarti membuka atau menguak. Fitrah sendiri mempunyai makna asal kejadian, keadaan yang suci dan kembali ke asal.

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual,keagamaan,pengendaliandiri,kepribadian,kecerdasan , akhlaq mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsanya.        ( UU sisdiknas bab I, pasal 1).

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. 

Aliran Pendidikan

-          Aliran Empirisme

-          Aliran Nativisme

-          Aliran Naturalisme

-          Aliran Konvergensi

Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan Islam.



DAFTAR PUSTAKA



Prof. Dr. Umar Tirtarahardja. Drs. S. L. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya

Buchori, Mochtar. 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia: Yogyakarka. Tiara Wacana Yogya

Rochaety, Eti dkk. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Idris, Zahara dan Jamal, Lisma. 1992. Pengantar Pendidikan 2. Jakarta: PT Grasindo














Blog Post

Related Post

Mohon maaf, belum ada postingan.

Back to Top

Cari Artikel