PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah
untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala
perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Manusia diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua
yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat
membeci manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT
membenci tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan
perbuatan itu, dia sadar bahwa jika melakukan per buatan terlarang akan
berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat
kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya.
Arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Arti akhlak secara istilah sebagai berikut; Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua;
-
pertama; akhlak yang baik/mulia dan
-
kedua; aklak yang buruk/tercela.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian akhlak terhadap diri sendiri!
2.
Apa saja macam – macam akhlak terhadap diri sendiri!
3.
Seperti apa bentuk-bentuk akhlak terpuji terhadap diri
sendiri!
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian akhlak terhadap diri
sendiri.
2.
Untuk mengetahui apa saja macam – macam akhlak
terhadap diri sendiri.
3.
Untuk mengetahui seperti apa bentuk-bentuk akhlak
terpuji terhadap diri sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil
dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk
melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya
kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu
banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat
menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras
yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa
bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat
membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik
dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu
merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti
iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran,
karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga
bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali
berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya
merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran.
Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan
munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.
Dengki. Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan
apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan
terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu
Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada
kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap
minyak.” (H.R. Abu Dawud)
Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya.
Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya.
Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits,
yaitu:
عن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول االله صلعم. ”
أيات المنافقين ثلاث, إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف, وإذا اؤتمن خان
Dari Abu hurairoh r.a.
Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia
berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.”
(H.R. Bukhari, Muslim,
Tirmidzi dan an-Nisa’i)
B. Macam – macam akhlak
terhadap diri sendiri
1. Berakhlak terhadap
jasmani.
a.
Menjaga kebersihan dirinya
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan
secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah
memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan
rapi terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan selalu bersuci.
b.
Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam
Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga
untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
c.
Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau
bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa
mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam
artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri,
menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
d.
Rupa diri
Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah
mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya.
Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik.
Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya
sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang
bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang
umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.
2. Berakhlak terhadap
akalnya
a. Memenuhi akalnya
dengan ilmu
Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambil sesuatu
yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal
hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya
dengan ilmu.
Ilmu fardh ‘ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah
diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia
berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak
terhadap akalnya.
b. Penguasaan ilmu
Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya
manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan
kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah,
bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah,
sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta
muamalah.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria.
Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria.
Abdullah bin Zubair
adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau
mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan
apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh
mereka.
3. Berakhlak Terhadap
Jiwa
Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu
juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa
cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
a.
Bertaubat
b.
Bermuqarabah
c.
Bermuhasabah
d.
Bermujahadah
e.
Memperbanyak ibadah
f.
Menghadiri majlis Iman
C.
Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain :
1. Sabar
yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ
الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ
ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan
dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang
diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (
Q.S Ali-Imran : 186 ).
2. Syukur
yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan
syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا
تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku. ( Q.S Al-Baqarah : 152 )
3. Tawaduk
yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang
tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
Di dalam Al-Qur`an Surat Al-Furqon : 63 :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ
هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
4. Shidiq
artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam
keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar
perbuatan.
لِيَسْأَلَ الصَّادِقِينَ عَنْ صِدْقِهِمْ وَأَعَدَّ
لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا أَلِيمًا
agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar
tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang
pedih. ( Q.S Al-Ahzab : 8 ).
5. Amanah
artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada
dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah
SAW bersabda bahwa “ tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan
tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” ( HR. Ahmad ) dalam
Al-Qur`an Surat An-Nissa ayat diterangkan :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ
إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.
6. Istiqamah
yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah
dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ
“ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka
istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan
yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.”
7. Iffah
yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan
menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan
jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan
oleh kehormatan dirinya.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada
kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." ( Q.S Ali-Imran : 8 )
8. Pemaaf
yaitu sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita
untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf
dari yang bersalah.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik
di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
( Q.S Ali Imran : 34 ).
D.
Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1.
Berakhlak terhadap jasmani:
-
jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
-
tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
-
menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2.
Berakhlak terhadap akalnya:
-
memperoleh banyak ilmu
-
dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang
lain
-
membantu orang lain
-
mendapat pahala dari Allah SWT
3.
Berakhlak terhadap jiwa:
-
selalu dalam lindungan Allah SWT
-
jauh dari perbuatan yang buruk
-
selalu ingat kepada Allah SWT
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil
dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk
melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri
yaitu dengan sabar, shidiq, tawaduk, syukur, istiqamah, iffah, pemaaf dan
amanah.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan membaca
makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam melangkah dan bias menjaga
akhlak terhadap diri sendiri. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah
ini, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.