“Menjadi Sarjana Muda”
Pada awalnya saya bermimpi menjadi seorang sarjana, eh pada
akhirnya kesampaian juga, saya merupakan anak yang dilahirkan disebuah kampung
dari keluarga yang berfropesi sebagai petani biasa dan tidak berpendidikan
tinggi, pendidikan terakhir kedua orang tua saya adalah lulusan SD, serta
dikeluarga besar saya secara umum, pendidikan yang paling tinggi itu maksimal
lulusan SMA, keluarga saya memiliki keterbatasan dalam masalah ekonomi, tapi
itu semua tidak mengurangi semangat saya untuk melanjutkan kuliah meskipun
dengan cara apapun untuk melanjuitkan studi saya ke jenjang yang lebih tinggi.
Dikarenakan orang tua saya tidak mampu membiayai kuliah saya secara
penuh, pada akhirnya saya mengabdi disebuah sekolah dan madrasah yaitu di SMP
dan MA di daerah Ciranjang sebagai TU dan guru pada tahun 2012, saya tinggal
disekolah tersebut selama mengabdi.
Sambil mengabdi, saya mendaftar sebagai mahasiswa baru di perguruan
tinggi swasta yang jam kuliahnya dilaksanakan pada sore hari, tempat saya kuliah dan tempat saya tinggal atau tempat
dimana saya mengabdi, lumayan jauh yaitu dari Ciranjang ke Bandung pulang pergi
naik bus jurusan Sukabumi-Bandung. Alhamdulillah saya bisa membiayai kuliah
saya sendiri dari honor hasil kerja keras yang saya peroleh sendiri. Satu tahun
berlalu saya bisa membeli motor hasil jerih payah sendiri, dan waktu itu saya
bisa kuliah pulang pergi dengan menggunakan kendaraan pribadi, jadi agak
sedikit membantu juga dalam proses perkuliahan dengan mempunyai kendaraan
sendiri ketimbang naik kendaraan umum.
Setelah hampir dua tahun kuliah, kira-kira pas saya sedang
menjalani semester IV, saya mengalami musibah yaitu kecelakaan motor
di jembatan Cimindi yaitu daerah Cimahi Bandung Barat, pada saat itu saya
mengalami sedikit penurunan semangat dalam kuliah, karena begitu pahit rasanya
hidup yang saya alami, tapi perasaan itu hadir ketika saya kecelakaan saja,
setelah dua minggu kemudian saya melanjutkan kembali kuliah dengan menggunakan
kendaraan umum, karena sepeda motor saya rusah parah dan apabila diperbaiki
biayanya lumayan mahal.
Melihat jarak dari tempat saya mengabdi ke tempat saya kuliah
lumayan jauh, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari sekolah dan madrasah
tersebut, dan tempat tinggal saya pindah ke daerah Bandung yang lokasinya
lumayan dekat dengan kampus, pada tahun 2014 saya tinggal di kota Bandung yaitu
di Masjid Al-Firdaus Cibaduyut sebagai marbot masjid, disini saya tidak mendapatkan
honor untuk biaya kuliah saya, hanya saja saya bisa tinggal gratis dan makan
gratis yang disediakan oleh pihak masjid, disini saya tidak mendapatkan
penghasilan untuk biaya kuliah saya, hanya saja saya bisa tinggal gratis dan
makan gratis yang disediakan oleh pihak masjid, untuk biaya kuliah saya, saya
mengajukan beberapa program beasiswa dan Alhamdulillah saya mendapatkan
beberapa program beasiswa untuk membiayai kuliah saya, diantaranya beasiswa
dari Pemprof Jabar, PPA dan beasiswa yang disediakan oleh pihak kampus. Pada
masa ini saya mulai aktif di kegiatan-kegiatan kampus, saya aktif di Himpunan
Mahasiswa Jurusan, dan Badan Eksekutif Mahasiswa.
Tiga tahun kemudian saya mulai masuk ke semester 6, dan orang tua
saya khususnya ayah saya, baru mengetahui kampus saya seperti apa, setelah saya
semester enam, sedangkan ibu saya belum tahu sama sekalipun tempat saya kuliah
dan tinggalnya seperti apa, karena ibu saya belum pernah satu kalipun menjenguk
saya, bukan berarti orang tua saya mengabaikan saya, tetapi kondisi yang tidak
memungkinakan memaksa orang tua saya tidak bisa menjenguk saya, dan saya juga
tidak ingin dijenguk, nanti saja saya akan mengundang kedua orang tua saya
ketika sudah mau wisuda.
Meskipun awalnya saya ingin kuliah dengan biaya sendiri sambil
bekerja dan mendapatkan beasiswa, tapi orangtua saya juga suka ngasih uang
untuk jajan meskipun tidak saya minta, besarana biaya yang orang tua saya kirim
kadang-kadang 300.000/ bulan maksimal sampai 500.000/ bulan untuk membantu
biaya hidup dan biaya kuliah saya.
Menjelang semester akhir, merupakan masa-masa yang berat juga
dirasakan, karena banyak sekali kegiatan-kegiatan yang perlu mengeluarkan biaya
tidak sedikit, diantaranya pelatihan lapangan, kuliah kerja nyata dan
penyusunan skripsi serta perlengkapan administrasi administrasi lainnya
menjelang akhir perkuliahan, saya juga sedikit kebingungan pada waktu itu, saya
bisa mendapatkan uang darimana untuk membiayai kuliah saya ini, tapi saya
selalu yakin pada tuhan, pasti selalu ada jalan dari setiap masalah, problem
solvingnya waktu itu saya membuat beberapa proposal bantuan dana pendidikan,
saya ajukan ke lembaga-lembaga atau intansi-intansi tertentu seperti Baznas,
Dompet Dhu’afa dan lain-lain untuk mendapatkan sokongan dana demi lancarnya
kuliah yang saya tempuh. Alhamdulillah saya dapat bantuan dana dari beberapa
intansi dan cukup untuk membiayai kegiatan-kegiatan di perkuliahan saya.
Empat tahun berlalu, saya
menikmati proses perkuliahan yang penuh perjuangan ini, saya mengundang kedua orangtua
saya untuk dating ke acara wisuda saya, dan saat ini pula keluarga saya
sepenuhnya mengetahui sekaligus menjenguk saya, karena Ibu, nenek, kakak, adek,
keponakan saya selama empat tahun kuliah, baru dihari yang membahagiakan ini
bisa menjenguk anaknya di kota Bandung dengan menyandang gelar sebagai seorang
Sarjana pendidikan (S.Pd).